Powered By Blogger

Rabu, 10 Maret 2010

Analisis SWOT

Opportonity===>Peluang/kesempatan

PT Aneka Tambang Tbk.
Aneka Tambang (Antam) dikenal sebagai salah satu BUMN tambang yang paling menguntungkan. Tahun lalu, Antam membukukan pendapatan sebesar Rp2,731 triliun, atau naik tajam 177% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, perusahaan yang memproduksi emas, perak, nikel, bauksit, dan pasir besi ini mampu memetik laba bersih Rp1,559 triliun.

Pada tahun 2000, manajemen Antam berupaya melakukan efisiensi biaya, sekaligus meningkatkan produktivitas karyawan. Untuk itu, Antam menjalankan restrukturisasi sumber daya manusia dengan menggelar program pensiun dini sukarela (PPDS). Program yang dijalankan pada tahun 1999 tersebut diikuti oleh 813 karyawan. Program ini, yang dijalankan bersamaan dengan program pensiun normal, mampu mengurangi jumlah karyawan Antam sebesar 19%, yakni dari yang semula 4.708 orang (1999) menjadi 3.796 orang (2000).

Biaya PPDS Antam sebesar Rp43 miliar tersebut mampu menghemat pengeluaran biaya tenaga kerja perusahaan tambang ini senilai Rp15 miliar untuk tahun 2000. Sedangkan pada 2001, penghematan yang dihasilkan mencapai Rp25 miliar. Artinya, dalam tempo kurang dari tiga tahun, perusahaan yang dinakhodai Dedi Aditya Sumanagara ini telah mampu menutupi pengeluaran biaya akibat PPDS-nya tersebut.

Sementara itu, jika dilihat dari produktivitas per karyawan, Antam juga terhitung sukses meningkatkannya menjadi dua dali lipat. Jika dibandingkan tahun 1999, terjadi peningkatan laba bersih per karyawan dari Rp50 juta menjadi Rp101 juta. Adapun cash flow dari aktivitas operasi per karyawan juga mengalami kenaikan. Jika semula hanya Rp47 juta, tahun berikutnya meningkat menjadi Rp218 juta.

Di samping itu, pengurangan jumlah pegawai melalui PPDS tersebut ternyata tak berpengaruh pada volume produksi Antam. Malahan, produksi Antam mengalami peningkatan. Misalnya, produksi feronikel. Tahun 2000, produk ini per karyawan mencapai 2,66 ton nikel, atau naik 36% dari 1,96 ton nikel pada tahun sebelumnya. Begitu juga dengan produksi emas per karyawan yang naik 68%, yakni dari semula hanya 0,63 kilogram per karyawan, menjadi 1,06 kilogram pada tahun 2000.

Selain itu data yang saya dapat bahwa,
Profil emiten
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) adalah BUMN bidang pertambangan, sub sektor pertambangan logam dan mineral yang mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Selain itu, ANTM bergerak juga di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan tambang. Data Penjualan 3Q09 ANTM berasal dari komoditas ferronickel (38%), nickel ore (35%), emas dan besi (25%), serta bauksit (2%). Wilayah eksplorasi dan eksploitasi nikel ANTM meliputi Halmahera dan Sulawesi Tenggara, sementara emas meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Tenggara. Nilai ekspor ANTM mencapai 97% penjualan ANTM dan sisanya diserap pasar domestik.

Profil Pasar Komoditas Nikel
Selama 2003-2007, harga nikel sebagai produk utama ANTM melonjak seiring pertumbuhan ekonomi dunia, sedangkan produksinya tidak dapat mengimbangi pertumbuhan permintaannya. Harga tertinggi nikel sempat berada di level USD52.179 per ton pada Maret 2007.

Namun di awal 2008, harga nikel mengalami penurunan lebih dari 50% dari titik tertingginya sebagai akibat krisis ekonomi global yang mengakibatkan turunnya permintaan nikel pada industri automotif, konstruksi, mesin pesawat dan industri lainnya. Turunnya harga nikel pada 2008 tersebut ikut menjatuhkan harga saham ANTM sebagai produsennya.

Highlight 2002-2009
Sampai dengan perdagangan 14 Januari 2009, saham ANTM ditutup di posisi Rp1.160. Pada akhir Nopember 2007, saham ANTM berada pada level tertingginya dan ditutup sedikit di atas Rp5.000 dengan nilai transaksi sebesar Rp1,24 triliun.

Sumber: CAPITAL PRICE (2009)

Sepanjang tahun 2002-2007, ANTM mampu meningkatkan sales dengan rata-rata pertumbuhan per tahun (CAGR) sebesar 47,65%. Pada tahun 2006 dan 2007, perusahaan membukukan pertumbuhan sales yang tinggi (71,25% dan 113,31%). Profitabilitas perusahaan juga meningkat dengan CAGR 87,97% untuk operating profit dan 90,98% untuk net income.

Summary CAGR ANTM 2002-2007
Sales 47.65%
Total Equity 35.21%
Operating Profit 87.97%
Total Assets 37.08%
Net Income 90.98%

CAGR: Compound Annual Growth Rate
Sumber: Laporan Tahunan ANTM 2002-2007, CAPITAL PRICE (2009)

Sales & Profit
Pendapatan dan profitabilitas perusahaan meningkat secara konsisten hingga akhir tahun 2007 seiring melonjaknya harga nikel dan logam utama di dunia yang menjadi komoditas andalan ANTM. Sejak 2002, semakin tinggi net income, maka marjin laba bersih (net profit margin/NPM); yang dihasilkan ANTM cenderung semakin tinggi, sehingga semakin baik ANTM mengelola biaya operasional. NPM mewakili tingkat efektivitas perusahaan dalam mengelola biaya-biaya untuk mengkonversi sales menjadi laba aktual. NPM ANTM tahun 2007 tercatat sebesar 42,74%, meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Sumber CAPITAL PRICE (2009)

Kinerja saham perusahaan terus meningkat sepanjang April 2003-April 2007, ditunjukkan dengan peningkatan shareholder market value added (MVA) terhadap equity book value (BV) hingga mencapai lebih dari 500% (April 2007), kemudian turun pada April 2008 (menjadi 240,68%). MVA/BV adalah selisih antara harga saham (market value) perusahaan dengan nilai buku ekuitas (book value). Nilai MVA/BV yang positif memberikan indikasi ANTM telah memberikan nilai tambah terhadap nilai buku ekuitasnya. Makin tinggi nilai MVA makin baik.

Sumber: CAPITAL PRICE (2009)

Market risk ANTM berada di sekitar 1,55-1,57, kecuali pada April 2004 (0,96) dan April 2005 (1,36) mulai stabil sejak periode April 2006. Market risk (koefisien beta) menggambarkan risiko yang terkait dengan pergerakan pasar, atau risiko sistematis (systematic risk). Market risk yang bernilai lebih dari 1 mengindikasikan harga saham perusahaan berfluktuasi lebih besar dibandingkan fluktuasi pasar. Ketika market (IHSG) bergerak sebesar 1%, maka harga NTM bergerak sebesar rata-rata 1.36%.

Market Perception Map

Bagi ANTM meningkatkan kapitalisasi pasar (market capitalization) adalah tujuan perusahaan (emiten) yang penting; guna mengarahkan persepsi kesuksesan ekonomis yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuan strategisnya. Sebagai ukuran (metric) kinerja perusahaan, market capitalization merefleksikan persepsi pasar terhadap kinerja saat ini (current performance-CP) dan ekspektasi masa depan (future expectation) terhadap potensi pertumbuhannya.

Keputusan investasi yang baik tidak hanya didasarkan pada kondisi makroekonomi dan mikroekonomi (termasuk PBV, PER, MVA dan DCF Analysis) saja, namun juga dipengaruhi oleh market perception. Market perception merupakan konsensus pasar sebagai hasil analisis para investor terhadap kinerja emiten saat ini dan peluang bisnis di masa depan yang berpotensi besar dalam pembentukan dan pergerakan harga saham. Tim riset CAPITAL PRICE meng-‘kuantifikasi’ persepsi pasar yang sebelumnya kualitatif tersebut menjadi sebuah market perception map yang mudah dipahami.

Growth value map (metric) versi CAPITAL PRICE adalah diagnostic tool yang dapat digunakan untuk menilai urgensi strategis perusahaan dalam penciptaan nilai (value). Metrik ini membandingkan (benchmark) kinerja perusahaan dengan pasar yang spesifik (dalam hal ini 82 emiten pilihan), melalui tiga dimensi: kinerja keseluruhan (diukur dengan M/B value), profitabilitas, dan pertumbuhan.

Sumber: CAPITAL PRICE (2009)

Selama 2006-2007, ditemukan bahwa persepsi pasar terhadap profitabilitas saat ini (current performance) ANTM berada di atas emiten lainnya namun persepsi pasar terhadap prospek pertumbuhan ANTM di masa depan (future growth opportunity-FGO) justru berada di bawah rata-rata emiten lainnya. Secara umum, ANTM berada pada kuadran tenggara (kelompok TRADISIONALIS). Artinya, kinerja keuangan ANTM saat ini (berdasarkan laporan keuangan terakhir saat indikator ini dihitung) dipersepsikan di atas rata-rata. Sementara itu, pasar mempersepsikan potensi pertumbuhan jangka panjang di masa depan (FGO) ANTM berada di bawah rata-rata emiten lainnya.

Recent Development
Pada September 2008, perusahaan melakukan finalisasi persetujuan kredit dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) senilai US$325 juta (Rp3 triliun) untuk pembangunan proyek Chemical Grade Alumina di Tayan, Kalimantan Barat.

Perusahaan mengalokasikan dana pembelian saham kembali (buy back) sebesar Rp200 miliar yang berasal dari kas internal. Proses buy back direncanakan selama periode 13 Oktober 2008 hingga 12 Januari 2009.

ANTM tengah melakukan akuisisi dan menjalankan beberapa mega proyek, salah satunya berupa kerjasama dengan BHP Billiton dalam penambangan nikel laterit di Halmahera dan Papua dengan nilai investasi mencapai Rp36,3 triliun.

ANTM tengah melakukan studi penghematan bahan bakar, yaitu membangun PLTU dengan skema Independen Power Producer (IPP) guna menurunkan biaya produksi feronikel. Efisiensi ANTM juga didukung dengan program cash preservation dan menempatkan skala prioritas proyek, serta merevisi anggaran 2009 sebagai antisipasi penurunan harga komoditas dan penggunaan bijih Pomala dengan kadar yang lebih rendah untuk menghemat biaya transportasi.

Business outlook
Kinerja ANTM pada tahun 2009 ini diperkirakan masih dalam tekanan harga nikel dan emas dunia yg masih rendah. Disamping itu, harga komoditas logam dasar tersebut saat ini masih dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang dalam 2 kuartal terakhir cenderung turun. Namun untuk jangka panjang, kebutuhan nikel dan emas akan kembali menguat seiring dengan pemulihan ekonomi global. Penguatan ini akan berdampak positif bagi kinerja ANTM.

sumber : http://gramediamajalah-undercover.blogspot.com/2008_03_01_archive.html
http://wisdomarket.blogspot.com/2009/01/aneka-tambang-sang-tradisionalis.html


Threath===>Ancaman/Tantangan

Perusahaan sejenis yang merupakan pesaing PT Antam yang berada di kawasan hutan juga antara lain :
1. PT Freeport Indonesia
2. PT Karimun Granit
3. PT International Nickel Indonesia
4. PT Indominco Mandiri
5. PT Natarang Mining
6. PT Nusa Halmahera Minerals
7. PT Palsart Tambang Kencana
8. PT Interex Sacra Raya
9. PT Weda Bay Nickel
10. PT Gag Nickel
11. PT Sorikmas Mining

Selain itu tantangan yang dihadapi adalah bagi para pekerja di lapangan menghadapi kondisi iklim saat ini yang sedang kurang baik menjadi sesuatu yang agak mengkhawatirkan tapi selain itu juga PT Antam dapat menghadapi masalah-masalah serta ancaman yang ada.